Minggu, 20 April 2014

MUHAMAD CHATIB BASRI

MUHAMAD CHATIB BASRI
        


       












        Chatib Basri lahir di Jakarta, 22 Agustus 1965, dari pasangan perantau Minangkabau, Chairul Basri (ayah) dan Nurbaiti (ibu). Ayahnya berasal dari Rao, Pasaman, Sumatera Barat dan merupakan kakak dari sastrawan Asrul Sani. Oleh karenanya semasa kecil, Chatib lebih senang mempelajari politik, sastra, dan seni, dibandingkan ilmu ekonomi. Ia sempat beberapa kali ikut pementasan Teater Cradda di Taman Ismail Marzuki, Jakarta
 
        Muhamad Chatib Basri menorehkan prestasi-prestasi yang membanggakan sebagai anak bangsa. Mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, beliau pernah dinobatkan sebagai the most outstanding student di tingkat fakultas dan universitas. Setelah itu,deretan prestasi lain diraihnya selama berkarir. Beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya dan mendapatkan gelar pascasarjana dalam bidang ekonomi pembangunan dari Australian National University pada tahun 1996. Kemudian beliau meraih Ph.d dalam bidang ekonomi dari universitas yang sama pada tahun 2001.
 
         Setelah memperoleh gelar sarjana, ia memulai karirnya sebagai Asisten Peneliti di Department of Economics, Research School of Pacific and Asian Studies pada tahun 1994-2001, lalu ia bekerja sebagai peneliti di LPEM-FEUI dan menjadi dosen FEUI. Pada periode 1997-2001, Chatib menjabat sebagai asisten peneliti yang bekerja untuk Prof. Hal Hill di departemen ilmu ekonomi Australia National University. Selepas itu, ia menjabat sebagai peneliti tamu untuk The Institute of South East Asian Studies di Singapura dan menjadi Associate Director for Research bagi LPEM. Sejak tahun 2005, beliau pernah menjabat sebagai penasihat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
 
        Chatib pernah bertugas sebagai anggota Advisory Team to the Indonesian National Team on International Trade Negotiation. Chatib juga ditunjuk sebagai konsultan di berbagai lembaga internasional seperti World Bank, USAID, AUSAID, OECD, dan UNCTAD,Asian Development Bank serta menjadi anggota Asia and Pacific Regional Advisory Group dari International Monetary Fund. Tahun 2010-2011 Chatib juga menjadi anggota High Level Trade Expert Group yang dipimpin oleh Jagdish Bhagwati dan Peter Sutherland. selain itu, Chatib Basri juga menjadi anggota Dewan Komisaris di beberapa perusahaan publik. Antara lain PT Astra International, PT Indika Energy, serta Axiata Group Bhd (Malaysia). Dia juga aktif menulis di berbagai media, serta beberapa jurnal internasional.
 
        Beberapa karya tulisnya sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah, media, publikasi institusi pendidikan baik dalam maupun luar negeri, antara lain "Global Financial Crisis and ASEAN: Fiscal Policy Response in the Case of Thailand and Indonesia", Asian Economic Policy Review, Vol. 7, No. 2, “Why World Exports Are Susceptible to the Economic Crisis – The Prevailing “Export Overshooting” Phenomenon Especially in Taiwan: a comment” dalam Takatoshi Ito and Andrew Rose (eds.), in A Pacific Rim Perspective on Financial Crisis, Chicago: University of Chicago Press and National Bureau of Economic Research, dan “The Political Economy of Manufacturing Protection”, dalam Mohamad Ikhsan, Hadi Susastro and Chris Manning (eds.) Indonesian Economy in the New Political Era: paper in honor of  Prof. Mohammad Sadli,  Jakarta: Kompas.
 
        Chatib Basri juga sering mempresentasikan karya ilmiahnya dalam forum internasional, antara lain "Anticipating the Global Financial Shock: can Indonesia Repeat  another Good Policy and Good Luck?", dipresentasikan pada Workshop International Policy Advisory Group untuk G-20, Earth Institute, Columbia University-ADB- Sciences Po, Paris, 29-30 Oktober 2011, Indonesia in the Global and Regional Trade Agreement : Sitting on the Fence, dipresentasikan pada Indonesia Update, 30 September-1 Oktober 2011, Canberra, Australia, dan “Mild Crisis, Half Hearted Stimulus: Indonesia During the GFC”, dipresentasikan di Ash Centre Harvard Kennedy School, 13 April 2011.
 
    Beliau juga pernah menjabat sebagai Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 pada 2006-2010 dan Sherpa dari Presiden RI Dr. Susilo Bambang  Yudhoyono  di Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Washington pada bulan November 2008. Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional Presiden RI juga pernah dijabatnya pada periode 2010-2012. Pada bulan Juni 2012, Chatib Basri ditugaskan menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Selanjutnya, beliau ditunjuk oleh Presiden RI untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan pada tanggal 21 Mei 2013 sampai sekarang.

Rabu, 02 April 2014

PENDAPAT TENTANG PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI

PEREKONOMIAN INDONESIA


        Menurut saya perekonomian indonesia dapat dikatakan cukup maju. dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal IV 2013 kemarin, laju pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,72% atau dapat dikatakan yang terkuat di asia tenggara. jika dihitung dengan asumsi pertumbuhan 8% kita berada diperingkat 5 dunia setelah AS, Tiongkok, Jepang, dan Prancis. namun itu hanya dilihat dimata internasional. jika dilihat dimata dalam negeri. kemajuan ekonomi kita belum terasa, seakan-akan sila ke-5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam pancasila tidak berlaku. terlihat banyak ketidakseimbangan yang terjadi saat ini. perekonomian kita hanya tertumpu di pulau jawa atau dapat dikatakan masih sentralisasi.

        untuk pemenuhan kebutuhan pangannya sehari-hari pun, kita masih bergantung kepada negara-negara sahabat dengan alasan persediaan di dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kita. contoh kecilnya adalah beras. kita bergantung kepada thailand dan vietnam. dan lucunya lagi, untuk pemenuhan bawang putih pun, kita bergantung pada singapura. yang jelas-jelas secara demografi lahan kita luasnya berlipat-lipat dari negara tersebut untuk mengembangkan bawang putih dan padi ini. 

ada apa sebenarnya dengan negara kita ini.?

      KKN yang semakin berbudaya ditambah ketidak-tegasan pemerintah dan kebijakan yang diambil kadang-kadang tidak pro-rakyat menjadi salah satu penyebabnya. padahal jika dilihat dari ketersediaan Sumber Daya Alam yang kita miliki, tak dapat dipungkiri bahwa kita bisa menjadi negara maju. bahkan lebih maju dari negara adikuasa disana. karena tidak ada ketegasan dari pemerintah, ya beginilah kita sekarang. menjual SDA mentah dengan harga murah keluar negeri lalu kita harus membelinya dengan harga yang tinggi setelah diolah. belum lagi tambang kita yang dieksploitasi dan dikuasai oleh asing, semakin memperlihatkan kebobrokan pemerintah dalam mengelola SDA kita.

          Apakah kita ingin terus negara kita seperti ini.? tentu saja TIDAK, lalu, bagaimana cara kita untuk keluar dari masalah ini.? Mulailah dari kita dulu, tingkatkan nasionalisme kita dengan mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. dan karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, maka dari itu kita harus ikut andil membantu pemerintah dengan melaksanakan dan mengawasi program-programnya. kita semua (rakyat indonesia) pasti mempunyai tujuan yang sama, yakni menjadi negara yang maju, adil dan makmur, oleh karena itu kita tingkatkan persatuan dan kesatuan kita. kita beri bukti yang riil kepada dunia bahwa kita bisa menjadi negara maju, bukan hanya sekedar diprediksikan.

          pemerintah pun harus serius menangani ini, buat kebijakan yang ideal dan pro-rakyat. kurangi impor dan pakai dananya untuk pengembangan tanaman pangan. kita mulai untuk mengelola SDA sendiri, batasi eksploitasi SDA kita oleh asing dengan menerapkan kebijakan melarang ekspor mentah ke luar negeri. 

        hanya dengan modal itu, ditambah keyakinan kita untuk menjadi negara maju dan kerja sama pemerintah dan rakyatnya. saya yakin kita bisa menjadi negara maju, mengembalikan slogan kita yang dulu sebagai "Macan Asia" bahkan kita bisa menjadi "Macan Dunia".